Sekitar 8 tahun lalu saya mulai bekerja di Kapuas Post , saya mempelajari Indesign versi 1.5 sekitar 6 bulan kemudian. Tak banyak yang menarik di versi ini, kesulitan terbesar adalah pada saat mengeprin halaman, banyak ketidakcocokan antara software dan Printer laserjet yang digunakan.
Setahun saya menggunakan Indesign versi awal, setelah itu komputer saya rusak dan diganti oleh Pak Ganis dengan komputer yang lebih tak mendukung Adobe Indesign, lalu saya kembali lagi menggunakan Pagemaker, beberapa bulan kemudian saya berhasil mengorek kocek sendiri untuk mendapat satu keping memory dengan harapan dapat menggunakan kembali Adobe Indesign yang waktu itu menginjak versi CS .
Software Indesign dan Pagemaker saya gunakan silih berganti dari tahun ketahun karena adanya pergantian sistem pengiriman file.
Lalu berdirilah Metro Pontianak tahun 2004 dan saya diberi kehormatan sebagai pengasuh artistik sementara. Sebagai "hadiah" saya diberi seperangkat komputer baru (tanpa monitor) dan memory 1 giga. Segala software dan kebutuhan bekerja saya usahakan dari kocek saya sendiri hanya untuk mempelajari Adobe Indesign. Cukup lama saya menggunakan Komputer hadiah itu hingga suatu hari 1 keping memory 1 Gb saya berubah menjadi 256 mb (simsalabim, abrakadabra), sedih memang kalo udah kecurian seperti itu,lalu saya kembali menggunakan Indesign versi awal.
Orang kedua yang menguasai Indesign sepanjang yang saya tahu adalah mantan Koordinator Artistik Metro Pontianak, Jaka Mulyana versi Mac. Pada akhir tahun 2007 saya memaksa rekan kerja saya di Kapuas untuk menggunakan Indesign, orang pertama yang menguasainya adalah Ferdy Ardian diikuti Ikasari Septiana, Bachtiar lalu Joko Hardiyanto.
This Post Has One Comment
blog anda (hidup berkualitas, bukan soal kuantitas)….
memangnya seperti apa si hidup kaya gitu?
i’m just curious… 🙂